Berbicara tentang
kesehatan tulang kerap kali membahas kerapuhan tulang pada orang lanjut
usia. Kesehatan tulang di masa anak dan remaja kadang terlupakan.
Padahal, masa depan tulang kita sebetulnya justru ditentukan pada
masa-masa tersebut.
Mengonsumsi
salah satu unsur pembentuk tulang yang penting, yaitu kalsium, ibarat
membuka deposito. Kita menyimpannya sejak masa kanak-kanak dan remaja
sebagai jaminan di hari tua. Maka, sebelum menyesal, tabunglah
kalsium sejak dini.
Kerapuhan
tulang dan kesakitan yang ditimbulkan merupakan persoalan besar di
negeri ini. Kementerian Kesehatan mencatat, prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) di Indonesia sebesar 41,7 persen. Hal itu berarti dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis.
Angka itu lebih besar dari prevalensi dunia, yakni satu dari tiga orang berisiko osteoporosis.
Osteoporosis
merupakan penyakit sistematik rendahnya massa tulang dan kemerosotan
bangunan mikro jaringan tulang, yang ditandai antara lain dengan
kerapuhan, kerentanan, hingga keretakan.
Osteoporosis merupakan gangguan metabolisme tulang yang umum pada orang dewasa. Belakangan, terdapat banyak penelitian yang memandang akar persoalan osteoporosis terdapat pada masa anak-anak. Tulang bertumbuh dan mencapai puncaknya saat dewasa.
Masa
kanak-kanak merupakan masa penting pembangunan tulang. Sebesar 45
persen pertumbuhan massa tulang terjadi pada usia 0-10 tahun. Pada masa
itu, tulang tumbuh memanjang. Ketika remaja, sekitar 45 persen massa
tulang dewasa terbentuk sampai dengan sebelum usia 18 tahun.
\”Saat
dewasa, pembangunan massa tulang berlanjut sampai usia 30-an tahun\”
ujar dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Lukman Shebubakar, dalam acara media
workshop bertajuk \”Pentingnya Penuhi Asupan Kalsium pada Usia
Sekolah untuk Optimalkan Pertumbuhan Anak\” beberapa waktu lalu.
Untuk laki-laki, masa pembangunan tulangnya lebih lama. Sementara rentang waktu pertumbuhan tulang pada perempuan lebih cepat.
Sebaliknya,
pada usia tua terjadi pelepasan tulang yang kecepatannya melampaui
kecepatan produksi tulang. Cepatnya kehilangan tulang dipengaruhi jenis
kelamin, gaya hidup, genetik, dan status hormon.
Pada
perempuan yang melahirkan dan menopause, pelepasan tulang lebih
banyak terjadi. Perempuan mulai kehilangan kalsium dari tulang mereka
mulai sekitar usia 40 tahun dan laki-laki mulai umur 60 tahun.
Pembangun utama
Pencegahan
utama terhadap osteoporosis adalah membangun kepadatan maksimum
tulang selama masa kanak-kanak dan remaja. Pertumbuhan tulang
dipengaruhi oleh jumlah kalsium, fosfor, dan vitamin, khususnya vitamin D yang terlibat dalam penyerapan kalsium. Faktor lainnya adalah keseimbangan hormon.
Kalsium
merupakan mineral utama pembentuk tulang. Mineral itu juga mengatur
kontraksi dan relaksasi otot, terlibat dalam transmisi saraf, membantu
penggumpalan darah, serta mengatur hormon-hormon dalam tubuh dan
faktor pertumbuhan. Jumlah kalsium sekitar 2 persen dari berat badan.
Sebesar 99 persen tersimpan di tulang dan 1 persen di dalam cairan
tubuh.
Ketika
terjadi kekurangan kalsium, tubuh akan mengambilnya dari tulang.
\”Setiap hari kita sudah pasti kehilangan kalsium sebanyak 170 mg yang
hilang dalam proses sekresi melalui keringat dan urine. Kekurangan asupan kalsium di usia anak, remaja, dan dewasa baru akan dirasakan setelah memasuki usia tua\” ujar Lukman.
Kepala
Seksi Standardisasi Bina Konsumsi Makanan Direktorat Bina Gizi
Masyarakat Kementerian Kesehatan sekaligus pakar gizi, Iip Syaiful,
mengatakan, angka kecukupan gizi yang ditetapkan Kementerian Kesehatan
untuk anak usia 7-9 tahun adalah 600 mg kalsium per hari dan untuk
anak usia 10-12 tahun meningkat menjadi 1.000 mg per hari. Kebutuhan
itu meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan usia 4-6 tahun, yakni
500 mg kalsium per hari.
Persoalannya,
dia mengatakan, salah satu masalah gizi pada anak usia sekolah adalah
defisiensi zat-zat tertentu, termasuk kalsium.
Ketika
memasuki usia enam tahun, anak mulai ingin menunjukkan kemampuannya
menentukan pilihan atas makanan dan melihat banyaknya pilihan makanan
di luar rumah. Anak mulai tidak mudah lagi diatur. Susu juga mulai jarang dikonsumsi.
Penyerapan
kalsium juga menjadi permasalahan ketika terjadi defisiensi berbagai
zat lain. Dia mencontohkan, kekurangan vitamin D dalam bentuk aktif
dapat memengaruhi penyerapan kalsium. Asam oksalat dan asam fitat juga
dapat menghambat penyerapan kalsium.
Konsumsi protein
berlebihan juga menyebabkan kalsium mudah dikeluarkan melalui urine.
Begitu juga stres mental dan fisik mengurangi penyerapan mineral itu.
\”Pada dasarnya, setiap jenis makanan mempunyai peranan dalam
menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari. Konsumsi makanan sebaiknya
beragam\” tutur Iip.
Guna
meningkatkan kesehatan tulang, aktivitas tubuh anak juga harus
diperhatikan. Sayangnya, pergerakan anak juga semakin terbatas,
terutama di kota-kota besar. Anak lebih banyak beraktivitas di dalam
rumah dan kurang aktif. Padahal, latihan berpengaruh terhadap
pembangunan tulang.
Lukman
mengatakan, beberapa latihan untuk memperkuat tulang yang paling
sederhana ialah berjalan, joging, naik tangga, dan lompat tali.
Olahraga permainan, seperti tenis,
basket, sepak bola, dan bola voli, juga baik bagi tulang. Lama
latihan sekitar 30 menit dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam
satu minggu. Bagi anak-anak, latihan itu dapat disesuaikan dengan
kebiasaan anak bermain. Selamat bermain sembari menabung kalsium.
Sumber : http://www.bankmoel.com/tips-agar-tulang-awet-di-hari-tua/
0 comments:
Posting Komentar